Kesabaran Dan Kebesaran Hati
Wajah memang menipu, dengan memberikan selalu ekspresi kebahagian dan keceriaan..
Namun siapa yang tau keadaan hati seseorang, begitupun dengan hati ini yang selalu sedih dan sakit..
Terasa ingin menjerit, menangis, dan memcurahkan isi hati..
Beban ini begitu berat dan sulit untuk dihadapi..
Begitu sakit untuk selalu dirasakan..
Begitu perih, pilu untuk diingat..
Tak ada daya untuk melakukan sesuatu..
Tak ada keberanian untuk bertindak..
Karena yang selalu menyakiti hati ini adalah seseorang sosok yang seharusnya dibanggakan..
Apa daya untuk merubah suatu keadaan..
Hanya bisa selalu meminta dan memanjatkan doa dan harapan kepada sang pencipta..
Rabu, 23 November 2011
TANGGUNG JAWAB SOSIAL MANAJER
Tanggung Jawab Sosial Manajer /
Perusahaan
1. Tanggung
jawab sosial
Dalam hubungan bisnis dan pemangku kepentingan
(stakeholder) pada tahap awal diakui bahwa tanggung jawab sosial adalah fungsi
pemerintah, bukan tanggung jawab bisnis ataupun perusahaan. Pendapat ini
tentunya terjadi pada awal dekade dimana hasil alam masih berlimpah, persaingan
industri tidak ketat, dan tuntutan pemangku kepentingan terhadap perusahaan
belum tinggi. Dapat dicatata pendapat Friedman dalam Robin, F (2008) hal 232.
menuliskan bahwa The business of business is to maximise profits, to earn a good
return on capital invested and to be good corporate citizen obeying the law- no
more and no less. Sejalan evolusi pada seluruh bidang, termasuk adanya
globalisasi, hal demikian berubah drastis.
Dalam perkembangan bisnis baru, diakui bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan yang dikenal sebagai Community Social
Responsibility (CSR) adalah fungsi perusahaan. Adapun “desakan” untuk itu
bersumber dari banyak hal baik karena tekanan global maupun regional. Bilamana
dikaitkan fungsi maka ini dilakukan secara sukarela (voluntary) bukan karena
adanya paksaan dari luar, utamanya dari pemerintah. Lebih dari itu, pembeda
terminologi CSR dengan penerapan sebelumnya terletak kepada fungsi “tanggung
jawab ” yang bermakna bahwa CSR sifatnya datang dari perusahaan.
Banyak konsep CSR yang dipubllikasikan,
Wibisono (2007) melaporkan CSR bahwa CSR didefinisikan sebagai komitmen dunia
usaha untuk terus-menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontibusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas
hidup komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Dalam versi World Bank
CSR didefinisikan sebagai “the comitment of business to contribute to
sustainable economic development working with employees and their
representatives the local community and society at large to improve quality of
life, in ways that are both and good fo business development”
Dalam batasan demikian, maka CSR sesungguhnya
merupakan konsep dan program yang menucnul secara sukarela, karena perusahaan
menganggap penting sehingga harus diformulasikan sedemikian rupa. Selanjutnya,
di dalam konsep CSR terdapat berbagai aspek seperti nilai, kultur, kompetensi,
sejarah perusahaan bahkan etika yang dijadikan dasar bertindak oleh seluruh
pihak internal manajemen perusahaan .
Isu terkait dengan CSR senantiasa mengalami
perubahan sesuai dengan dinamika dan kesadaran tetang kebutuhan bersama. Isu
yang terkait utamnya adalah Good Corporate Governance, Sustainable Development,
sampai ke Daya Saing. Bilamana isu ini disimak lebih dalam, maka ditemukan
bahwa penerapan CSR saling menopang dengan dimensi-dimensi tersebut. Bila
dikatikan dengan corporate governance maka penakanan CSR adalah pelibatan
stakeholder dalam tatakelola perusahaan. Semantara itu bila dikaitkan dengan
isu keberlanjutan, penekanannya adalah bahwa bisnis yang dapat berkelanjutan
apabila didukung oleh pemangku kepentingan. Selanjutnya bila dikaitkan dengan
konsep daya saing, maka sisi pelaksanaan CSR adalah dalam rangka membangun daya
saing bisnis baik di tingkat regional maupun global (Zadek, 2006)
Dalam hubungannya dengan tanggung jawab
sosial, prinsip sederhana yang mendasari perkembangannya adanya satu pengakuan
prinsip mutualisme, dimana antara perusahaan dan masyarakat harus hidup
berdampingan dan saling memberikan manfaat bersama. Hal ini kemudian diakui
oleh bisnis bahwa hanya dengan masyarakat – yang dikenal juga dengan sebutan
stakeholder yang kuat – maka bisnis dapat berkembang dengan baik.
Dalam perkembangan yang lebih lanjut,
perkembangan teknologi menjadi isu yang paling dominan sebagai bagian daripada
tanggung jawab sosial. Teknologi cloning misalnya telah berkembang demikian
pesat, akan tetapi tetap dilaksanakan untuk mengapresiasi keberdaan daripada
manusia dan masyarakat. Demikian juga dengan teknologi transgenik di bidang
budidaya secara teknologi telah lolos akan tetapi secara sosial dan
kemasyarakatan masih terus dipertanyakan. Sesuai dengan penjelasan di atas,
fokus diskusi pada studi ini adalah bagaimanakah model pengembangan tanggung
jawab sosial perusahaan dalam presfektif penggunaan hasil penelitian dan
teknologi.
2. Tanggung
jawab sosial Perusahaan
Tanggung jawab sosial dewasa ini sudah menjadi
bagian daripada orientasi bisnis. Prinsip ketergantngan dan manfaat bersama
ternyata menjadi landasan utama dalam penyelenggaraan atau implementasi program
tanggung jawab sosial. Terminologi Tanggung jawab Sosial (social
responsibility) sendiri terkait dengan banyak istilah. Waddock dalam Meehan
(2006) menjelaskan 9 istilah yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial: 1)
corporate social responsibility (CSR), 2) corporate social perfomance (CSP), 3)
alternative CSR3c, 4) Corporate responsibility, 5) Stakeholder approcah, 6)
Business ethics and values, inclding nature-based values, 7) Boundary-spanning
functions including, Corporate Community Involvement (CCI), dan 9) Corporate
Citizenship (CC).
Substansi daripada istilah ini dari masa ke
masa mengalami perubahan. Pada tahun 60an, tanggung jawab sosial lebih
berintikan “charity” perusahaan kepada lingkungan yang mengambil berbagai
bentuk, berbeda antara satu perusahaan terhadap perusahaan lain. Sudah tentu,
model charity seperti itu susah untuk dievaluasi manfaat dan dampaknya. Model
pyramida yang dikembangkan Carrol sangat dominan dalam penjelasan tanggung jawab
sosial, Caroll menjelaskan kaitan antara satu bidang tanggung jawab sosial
korporasi dengan bidang lain. Dari semua model di atas, salah satu yang dominan
dikembangkan sekarang ini ada model pendekatan yang dikembangkan yaitu model
pendekatan stakeholder (5). Model ini menjelaskan rinci peran pemangku
kepentingan dan fungsinya kepada perusahaan. Dengan identifikasi peran dan
kepentingan, maka perusahaan dapat mengintegrasikannya ke dalam satu pencapaian
tujuan. Sementara Meehan sendiri lebih menggunakan model 3C-SR, dimana inti
dari 3C adalah Commitment, Consistency dan Connection, dan patut dicatat tidak
kedua model ini sesungguhnya berbeda pandangna, pada model 3C lebih menekankan
konsep yang kemudian diurut menjadi operasional.
Di Indonesia, masalah tanggung jawab sosial
bisnis menjadi isu yang belum terslesaikan dengan baik. Menurut UU No 40 Tahun
2007, tentang Perseroan Terbatas telah dinyatakan bahwa tanggung jawab Sosial
adalah bagian daripada tugas perseroan, oleh karena itu perseroan harus menyediakan
dana. Artinya komponen biaya tanggung jawab sosial bukan lagi didasarkan kepada
skema kalau perusahaan punya dana, akan tetapi di awal perusahaan telah
diharuskan mencantumkan dana tanggung jawab sosial. Konsep ini menjustifikasi
anggaran di tingkat manajemen puncak yang belum tentu mendapat pengesahan.
Lebih dari itu, perseroan diharuskan menyampaikan laporan.
Selain aturan ini masih ada program lain
bersifat insentif dan fasilitatif, yaitu PROPER (Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan) yang dimaksudkan untuk mendorong perusahaan peserta
meningkatkan prestasi mereka dalam program lingkungan hidup secara luas. Sesuai
dengan prinsip dasar PROPER dari Kementerian Lingkungan Hidup mendorong
penataan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan melalui instrumen insentif dan
diseinsentif reputasi dengan pelibatan masyarakat dan sekaligus sebagai wujud
dari pelaksanaan UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23/1997 pasal 5 ayat 2
tentang hak masyarakat atas infomasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran
dalam pengelolaan lingkungan hidup. Perusahaan yang terlibat dalam program
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, karena hasil peringkat dimumkan
terbuka, yang baik diberi hadiah, pihak manajemen merasa manfaat langsung.
Walau program ini tidak bisa disamakan dengan program tanggung jawab sosial,
karena kecenderungan pada program ini adalah masalah lingkungan.
Bersamaan dengan pandangan ini dikenal istilah
stakeholder dalam terminologi Indonesia dikenal sebagai pemangku kepentingan .
Jadi kalau tuga perusahaan pada awalnya adalah untuk menciptakan keuntungan
kepada pemilik saham (shareholder), maka tugas ini telah berobah menjadi
memberikan manfaat kepada stakeholder. Dari hasil penelusuran studi literatur
diketahui bahwa banyak penulis mengacu kepada pendapat Carol (1979) yang
mengidentifikasi bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah: 1) ekonomi, 2)
legal, 3) ethical, 4) diskresionary. Masing-masing tanggung jawab sosial ini
dijelaskan sebagai berikut (Jamali, D. 208)
1) Ekonomi mislanya berkaitan dengan
menyediakan ROI kepada pemegang saham, menciptakan pekerjaan dan pengupahan
yang adil, menemukan sumberdaya baru, mempromosikan penggunaan teknologi
lanjutan, inovasi, dan menciptakan barang dan jasa yang baru.
2) Legal berkaitan dengan peran perusahaan
memainkan peran sesuai dengan peraturan dan prosedur. Dalam kaitan ini
masyarakat mengharapkan agar perusahaan dapat memenuhi visi dan misi yang
diusungnya.
3) Etika diharapkan agar pelaku bisnis
mempunyai moral, etika kerja dimana perusahaan berada. Etika tidak harus sesuai
dengan apa yang diatur dalam aturan formal, akan tetapi dapat memenuhi harapan
masyarakat terhadap perusahaan , misalnya menghargai masyarakat, menghidnari
pencideraan masyarakat, dan mencegah adanya bencana bagi masyarakat.
4) Berkaitan dengan penilaian, pilihan
perusahaan dalam hal kegiatan yang diharapkan kembali kepada masyarakat.
Tentang dampak hubungan baik antara perusahaan
dengan pemangku kepentingan , Kotter J dan James (1992) dalam Svendensen et.al.
(2000) laporannya tentang Corporate Culture yang dilaporkan Harvard,
menunjukkan bahwa selama 11 tahun pemantauannya menunjukkan bahwa dari sisi:
pertumbuhan penjualan dan pertumbuhan karyawan, perusahaan yang berorienatasi
keapada stakeholder berikenerja lebih baik dbanding dengan perusahaan yang
berorientasi pada pemegang saham. Dicatat juga bahwa manajemen yang menerapkan
visi lebih memberikan fokus kepada stakeholder daripada pemegang saham. Laporan
ini senada dengan hasil penelitian tentang Living Company (1997) dimana
ditemukan bahwa perusahaan yang berorientasi kepada pemangku kepentingan tetap
berada pada hubungan yang harmonis dengan lingkungan nya dengan tetap menjada
hubungan kuat dengan lingkungan. Hal demikian dimungkinkan karena manfaat yang
diterima perusahaan yang berorientasi kepada pelanggan akan memberikan manfaat
yang berkelanjutan terhadap perusahaan.
Sumber :
putriihiphop.ngeblogs.com/…/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/ –
http://fardiansyah7fold.wordpress.com/tanggung-jawab-sosial-manajer-perusahaan/
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL MIKRO DAN MAKRO
FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN EKSTERNAL MIKRO DAN MAKRO
LINGKUNGAN ORGANISASI PERUSAHAAN
Lingkungan organisasi perusahaan terdiri dari:
1. Lingkungan Eksternal
2. Lingkungan Internal
Lingkungan
Eksternal
Lingkungan eksternal atau lingkungan yang
berada di luar organisasi saling mempertukarkan sumber dayanya dengan
organisasi tersebut dan tergantung satu sama lain. Organisasi mendapatkan input
(bahan baku, uang, tenaga kerja) dari lingkungan eksternal, kemudian
ditransformasikan menjadi produk dan jasa sebagai output bagi lingkungan
eksternal. Definisi lingkungan eksternal adalah sebagi berikut:
• Lingkungan eksternal adalah semua kejadian
di luar perusahaan yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perusahaan (Chuck
Williams, 2001:51).
• Lingkungan eksternal terdiri dari
unsur-unsur di luar perusahaan yang sebagian besar tak dapat dikendalikan dan
berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer (T.Hani Handoko, 1999:62).
• Lingkungan eksternal terdiri atas
unsur-unsur yang berada di luar suatu organisasi, yang relevan pada kegiatan
organisasi itu (James A.F. Stoner,1996:66)
Lingkungan eksternal juga dapat dibagi menjadi
dua unsur, antara lain:
Ø
Menurut James A.F. Stoner:
1. Unsur-unsur
tindakan langsung (direct action)
2. Unsur-unsur
tindakan tak langsung (indirect action)
Ø
Menurut T. Hani Handoko:
1. Lingkungan
ekstern mikro
2. Lingkungan
ekstern makro
Ø
Menurut Chuck Williams:
1. Lingkungan
khusus
2. Lingkungan
umum
3. Lingkungan
yang berubah
Dari ketiga pendapat tersebut sebenarnya
mempunyai pengertian yang sama dalam pembagiannya, hanya Chuck Williams yang
menambahkannya dengan point ketiga ‘lingkungan yang berubah’. Jadi, lingkungan
eksternal itu terbagi menjadi:
1. Lingkungan ekstern mikro (unsur-unsur
tindakan langsung atau lingkungan khusus)
2. Lingkungan ekstern makro (unsur-unsur
tindakan tak langsung atau lingkungan umum)
Lingkungan
Ekstern Mikro
Lingkungan ekstern mikro terdiri dari:
1. Pelanggan (customers)
Pelanggan membeli produk barang dan jasa.
Perusahaan tidak dapat hidup tanpa dukungan pelanggan. Oleh karena itu, untuk
mencapai keberhasilan usahanya suatu perusahaan perlu mengamati perubahan
kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Pengamatan
reaktif dan proaktif merupakan strategi dalam mengamati kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Pengamatan reaktif adalah memusatkan perhatian pada kecendrungan dan
masalah pelanggan setelah kejadian, misalnya mendengarkan keluhan pelanggan.
Pengamatan proaktif terhadap pelanggan adalah dengan memperkirakan kejadian,
kecendrungan, dan masalah sebelum hal itu terjadi (sebelum pelanggan mengeluh).
2. Pesaing (Competitors)
Pesaing adalah perusahaan di dalam industri
yang sama dan menjual produk atau jasa kepada pelanggan. Seringkali perbedaan
antara keberhasilan dan kegagalan usaha tergantung pada apakah perusahaan
melakukan pelayanan yang lebih baik daripada pesaing lain. Karena itu,
perusahaan harus melakukan analisis bersaing, yaitu menentukan siapa
pesaingnya, mengantisipasi pergerakan pesaing, serta memperhitungkan kekuatan
dan kelemahan pesaing.
3. Pemasok (suppliers)
Pemasok adalah perusahaan yang menyediakan
bahan baku, tenaga kerja, keuangan dan sumber informasi kepada perusahaan lain.
Terdapat hubungan saling ketergantungan antara pemasok dan perusahaan.
Ketergantungan perusahaan pada pemasok adalah pentingnya produk pemasok bagi
perusahaan dan sulitnya mencari sumber lain sebagai pengganti. Ketergantungan
pemasok pada perusahaan adalah suatu tingkat dimana perusahaan pembeli sebagai
pelanggan bagi pemasok dan sulitnya menjual produk kepada pembeli lain.
4. Perwakilan-perwakilan Pemerintah
Hubungan organisasi dalam
perwakilan-perwakilan pemerintah berkembang semakin kompleks.
Peraturan-peraturan industri yang ditetapkan oleh perwakilan pemerintah ini
harus ditaati oleh organisasi dalam operasinya, prosedur perijinan, dan
pembatasan-pembatasan lainnya untuk melindungi masyarakat.
5. Lembaga Keuangan
Organisasi-organisasi tergantung pada
bermacam-macam lembaga keuangan, seperti bank-bank komersial, bank-bank
instansi, dan perusahaan-perusahaan asuransi termasuk pasar modal. Lembaga
keuangan ini sangat dibutuhkan perusahaan untuk menjaga dan memperluas
kegiatan-kegiatannya seperti pendanaan untuk membangun fasilitas baru dan
membeli peralatan baru, serta pembelanjaan operasi-operasinya.
Lingkunan Ekstern Makro
Lingkungan ekstern makro terdiri dari:
1. Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi
sebagian besar organisasi yang beroperasi di dalamnya. Pada suatu keadaan
perekonomian yang sedang tumbuh, secara umum kemampuan daya beli masyarakat
untuk membeli suatu produk atau jasa meningkat. Akan tetapi, kondisi
perekonomian seperti itu tidak menjamin bahwa suatu perusahaan juga bertumbuh,
hanya menyediakan lingkungan yang mendorong terjadinya pertumbuhan usaha. Dalam
keadaan perekonomian yang lesu, daya beli masyarakat yang menurun, membuat
pertumbuhan usaha menjadi sulit. Sehingga para manajer perusahaan harus selalu
mengantisipasi variable-variabel ekonomi seperti kecendrungan inflasi, tingkat
suku bunga, kebijakan fiscal dan moneter, dan harga-harga yang ditetapkan oleh
pesaing.
2. Teknologi
Teknologi adalah pengetahuan, peralatan, dan
teknik yang digunakan untuk mengubah bentuk masukan (input) menjadi keluaran
(output). Sehingga perubahan dalam teknologi dapat membantu perusahaan
menyediakan produk yang lebih baik atau menghasilkan produknya dengan lebih
efisien. Akan tetapi prubahan teknologi juga dapat memberikan suatu ancaman
bagi perusahaan-perusahaan tradisional. Contohnya perusahaan fotocopy pada
awalnya memberi ancaman bagi perusahaan kertas karbon.
3. Politik
Hukum
Komponen politik/hukum adalah undang-undang,
peraturan, dan keputusan pemerintah yang mengatur perilaku usaha. Komponen
politik/hukum ini dalam suatu periode waktu tertentu akan menentukan operasi
perusahaan. Sehingga manajer tidak mungkin mengabaikan iklim politik dan
hukum-hukum maupun peraturan yang ada di suatu negara, seperti perlakuan yang
adil dalam pembayaran gaji harus sesuai dengan upah minimum yang ditetapkan
pemerintah.
4. Sosial
Budaya
Komponen sosial budaya merujuk kepada
karakteristik demografi serta perilaku, sikap, dan norma-norma umum dari
penduduk dalam suatu masyarakat tertentu. Pertama, perubahan karakteristik
demografi seperti, jumlah penduduk dengan keterampilan khusus, pertumbuhan atau
pengurangan dari golongan populasi tertentu, mempengaruhi cara perusahaan
menjalankan usahanya. Kedua, perubahan sosial budaya dalam perilaku, sikap, dan
norma-norma juga mempengaruhi permintaan akan produk dan jasa suatu usaha.
Lingkungan yang Berubah
Setelah
membahas komponen-komponen lingkungan eksternal di atas, di sini akan dibahas
mengenai perubahan-perubahan lingkungan dan bagaimana cara memanfaatkan
lingkungan yang berubah.
Perubahan
lingkungan adalah angka kecepatan dari perubahan lingkungan umum dan lingkungan
khusus perusahaan. Perubahan ini terdiri dari perubahan yang stabil, dimana
angka perubahannya lambat, dan perubahan dinamis, dimana angka perubahan
lingkungan adalah cepat. Perusahaan biasanya mengalami baik perubahan stabil
maupun perubahan dinamis.
Kompleksitas
Lingkungan adalah jumlah faktor-faktor eksternal di dalam lingkungan yang
mempengaruhi organisasi. Lingkungan sederhana hanya memiliki sedikit faktor
lingkungan, sedangkan lingkungan kompleks mempunyai banyak faktor lingkungan.
Pengamatan
terhadap perubahan dan kompleksitas lingkungan membuat para manajer dapat
memanfaatkan lingkungan yang berubah dengan tiga langkah yaitu:
1. Pengamatan
Lingkungan
Pengamatan lingkungan
adalah meneliti lingkungan terhadap kejadian atau masalah penting yang mungkin
dapat mempengaruhi suatu organisasi.
2.
Menerjemahkan faktor-faktor Lingkungan
Setelah
mengamati, kemudian manajer menentukan kejadian dan masalah lingkungan apa yang
bermanfaat bagi organisasi. Biasanya manajer menerjemahkan kejadian dan masalah
sebagai ancaman atau kesempatan. Jika menerjemahkan sebagai ancaman, maka ia
akan berusaha melakukan suatu langkah-langkah untuk melindungi perushaan. Jika
manajer menerjemahkannya sebagai kesempatan, maka mereka akan memanfaatkan
kejadian tersebut dengan mempertimbangkan strategi alternatif untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
3. Menghadapi
ancaman dan kesempatan
Setelah
pengamatan dan menerjemahkannya sebagai ancaman dan kesempatan, maka manajer
melakukan suatu peta keterkaitan (cognitive maps), merangkum hubungan yang
didasari antara faktor-faktor lingkungan dan kemungkinan tindakan organisasi.
Dari berbekal informasi yang dirangkum tersebut maka manajer dapat mengambil tindakan
untuk mengurangi dampak dari ancaman dan menggunakan kesempatan untuk
meningkatkan keuntungan.
Lingkungan
Internal
Lingkungan
internal adalah kejadian dan kecendrungan dalam suatu organisasi yang
mempengaruhi manajemen, karyawan, dan budaya organisasi. Budaya organisasi
adalah nilai-nilai keyakinan, dan sikap yang berlaku di antara anggota
organisasi.
Etika dan
Tanggung Jawab Sosial
Etika
berkenaan dengan pendapat benar dan salah, atau berkenaan dengan kewajiban
moral seseorang pada masyarakat. Etika ini meruapakan sistem ungkapan-ungkapan
yang menyangkut perilaku, perbuatan dan sikap manusia terhadap
peristiwa-peristiwa yang dianggap penting dalam hidupnya.
Sedangkan
tanggung jawab sosial berarti manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan
ekonomi di dalam pembuatan keputusannya. Tanggung jawab sosial perusahaan ini
merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan oleh para manajer perusahaan
untuk tujuan jangka panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen.
BPFE-Yogyakarta
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen
(Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta
Williams, Chuck. 2001. Manajemen (Terjemahan).
Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Sumber : http://datakuliah.blogspot.com/2009/09/lingkungan-organisasi-budaya-organisasi.html
DEVINISI PERENCANAAN
PERENCANAAN, TUJUAN DAN PEMBUATAN KEPUTUSAN (Planning,
Goal And Decision Making )
A. Pengantar
Perencanaan
diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab perencanaan ini
merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan
tinsdakan. Perencanaan diperlukan dalam setiap jenis kegiatan baik itu kegiatan
organisasi, perusahaan maupun kegiatan dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam
setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat
melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
B. Batasan Perencanaan
Menurut Newman
perencanaan (planning) is deciding in advance what is to be done. Sedangkan
menurut A.Allen planning is the determination of a course of action to achieve
a desired result. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa ( what ) siapa ( Who ) kapan (When)
dimana ( When ) mengapa ( why ) dan bagaimana ( How ) jadi perencanaan yaitu
fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan
kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan
serta program-program yang dilakukan.
C. Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan
yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai unsur-unsur
perencanaan yaitu :
1. Tindakan
apa yang harus dikerjakan
2. Apa
sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana
tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan
tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang
akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana
cara melaksanakan tindakan tersebut.
D. Sifat Rencana Yang Baik
Rencana yang
baik harus memuat sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pemakaian
kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti mudah dipahami oleh yang menerima
sehingga penafsiran yang berbeda-beda dapat ditiadakan.
2. Fleksibel,
suatu rencana harus dapat menyesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya bila ada
perubahan keadaan maka tidak semua rencana dirubah dan dimungkinkan diadakan
penyesuaian-penyesuaian saja. Sifatnya tidak kaku harus begini dan begitu
walaupun keadaan lain dari yang direncanakan.
3. Stabilitas,
tidak perlu setiap kali rencana mengalami perubahan jadi harus dijaga
stabilitasnya setiap rencana harus ada dalam perimbangan.
4. Ada dalam
perimbangan berarti bahwa pemberian waktu dan factor-faktor produksi kepada
siapa tujuan organisasi seimbang dengan kebutuhan.
5. Meliputi
seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam
organisasi.
E. Proses Pembuatan Rencana
1. Menetapkan
tugas dan tujuan
Antara tugas
dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat difrmulir tanpa
ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan tujuannya. Tugas
diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang tujuan yaitu suatu atau
nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi
dan analisa
Menentukan
factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan (Observasi)
bila sudah diketahui dan terkumpul, maka dilakukan analisa terhadapnya untuk
ditentukan mana yang digunakan.
3. Mengadakan
kemungkinan-kemungkinan
Faktor yang
tersedia memberikan perencanaan membuat beberapa kemungkinan dalam pencapaian
tujuan. Dimana kemungkinan yang telah diperoleh dapat diurut atas dasar
tertentu, misalnya lamanya penyelesian, besarbya biaya yang dibutuhkan
efisiensi dan efektivitas dan lain sebagainya.
4. Membuat
sintesa
Sintesa yaitu
alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan cara
mengawinkan sitesa dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai kelemahan-kelemahan.
F. Siapa Pembuat Rencana ?
1. Panitia
Perencanaan
Panitia ini
terdiri dari beberapa unsure yang mewakili beberapa pihak, yang masing-masing
membawakan misinya untuk menghasilkan suatu rencana, dengan harapan rencana
yang dibuat akan lebih baik.
2. Bagian
Perencanaan
Seringkali
tugas perencanaan, merupakan tugas rutin dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Ini merupakan satu unit dalam suatu organisasi yang bertugas khusus
membuat rencana. Jadi disini tidak ada unsur perwakilan yang mewakili suatu
bagian dalam organisasi.
3. Tenaga Staf
Pada sebuah
organisasi atau perusahaan ada dua kelompok fungsional yaitu :
- Pelaksana,
tidak disamakan dengan pimpinan yaitu kelompok yang langsung menangani
pekerjaan
- Staf
(pemikir) yaitu kelompok yang tidak secara langsung menghasilkan barang atau
produk perusahaan, tugasnya menganalisa fakta-fakta untuk kemudian merencanakan
sesuatu guna.
G. Bentuk-bentuk Perencanaan
1. Recana
Global (Global Plan)
Analisa
penyusunan recana global terdiri atas:
- Strenght
yaitu kekuatan yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan
- Weaknesses,
memperhatikan kelemahan yang dimiliki organisasi yang bersangkutan.
- Opportunity
yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki oleh organisasi
- Treath yaitu
tekanan dan hambatan yang dihadapi organisasi
2. Rencana
Stategik (Strategic Plan)
Bagian dari
rencana global yang lebih terperinci. Dimana dengan menyusun kerangka kerja
yang akan dilakukan untuk mencapai rencana global, dimensi waktunya adalang
jangka panjang. Dalam pencapaiannya dilakukan dengan system prioritas. Mana
yang akan dicapai terlebih dahulu.
Merupakan
proses prencanaan jangka panjang yang tersusun dan digunakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama. Tiga alas an penggunaan perencanaan
strategic ini yaitu :
1. Memberikan
kerangka dasar bagi perencanaan lainnya yang akan dilakukan
2. Mempermudah
pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya.
3. Titik
permulaan pemahaman dan penilaian kegiatan manajer dan organisasi.
3. Rencana
Operasional ( Operational Plan )
Rencana ini
meliputi perencanaan terhadap kegiatan-kegiatan operasional dan bersifat jangka
pendek.
- Rencana
sekali pakai ( single use plan ) yaitu kegiatan yang tidak digunakan lagi
setelah tercapainya tujuan dan ini sifatnya lebih terperinci hanya sekali
pakai, misalnya rencana pembelian dan pemasangan mesin komputer dalam suatu
perusahaan.
- Rencana
Tetap ( Standing Plan ) yaitu berupa pendekatan-pendekatan standar untuk
penanganan-penanganan situasi yang dapat diperkirakan terlebih dahulu dan akan
terjadi berulang-ulang.
H. Tujuan Organisasi ( Organization Goal )
Dua unsur dari
pada tujuan yaitu :
1. Hasil akhir
yang ingin dicapai
2. Kegiatan
yang dilakukan saat ini untuk mencapai tujuan tersebut
Dalam buku
Manullang Davis membagi tujuan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Tujuan
primer berupa nilai ekonomis yang diberikan baik langsung ataupun tidak
langsung kepada masyarakat dalam pembuatan barang dan jasa.
2. Tujuan
kolateralnilai umum dalam pengertian luas demi kebaikan masyarakat
3. Tujuan Skunder,
berkenaan dengan nilai ekonomis dan efektifitas dalam pencapaian tujuan diatas.
I. Bentuk-bentuk Tujuan
Parrow membagi
tujuan menjadi lima bentuk :
1. Sociental
Goals, dibagi menjadi bagian-bagian karena organisasi sifatnya luas untuk
memenuhi kebutuhan dari masyarakat.
2. Output
Goals, menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen dalam bentuk
konsumsi.
3. System
Goals, pelaksanaan semua fungsi organisasi dilakukan dengan system yang biasa
digunakan dalam organisasi tersebut.
4. Product
Goals, berdasarkan pada produk yang dihasilkan oleh organisasi atau perusahaan.
5. Derived
Goals, dihubungkan dan didasarkan pada tujuan-tujuan lainnya yang ada dalam
organisasi,
J. Fungsi Tujuan
1. Sebagai
dasar dan patokan bagi kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi baik
pengarahan, penyaluran usaha-usaha maupun kegiatan dari para anggota organisasi
tersebut tanpa kecuali.
2. Sumber
legitimasi dengan meningkatkan kemampuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan guna
mendapatkan sumber daya yang diperlukan dalam proses produksi dan mendapatkan
dukungan dari lingkungan yang berada di sekitarnya.
3. Sebagai
standar pelaksanaan dengan melaksanakan diri pada tujuan yang akan dicapai yang
dibuat secara jelas dan dapat dipahami oleh anggota lainnya.
4. Sumber
motivasi untuk mendorong anggota lainnya dalam melaksanakan tugasnya, misal
dengan memberikan insentif bagi anggota yang melaksanakan tugasnya dengan baik,
menghasilkan produk di atas standar dan lain sebagainya yang akhirnya dapat
mendorong anggota lainnya.
5. Sebagai
unsur rasional perusahaan, karena tujuan ini merupakan dasar perancangan dari
organisasi.
Peter Drucker
menetapkan delapan unsur yang harus ada dalam suatu organisasi di dalam
menetapkan tujuan, yaitu :
1. Posisi
pasar, berapa market share yang dapat dikuasai oleh perusahaan, hal ini dengan
melihat berapa besar langganan dan produk yang dapat dikuasai, segmen pasar dan
saluran distribusi yang digunakan.
2.
Produktivitas, yaitu dengan menghitung antar input yang digunakan dengan output
yang dicapai, yang merupakan efisiensi perusahaan.
3. Sumberdaya
pisik dan keuangan, dengan memperhatikan teknologi yang digunakan dan
sumberdaya yang diperlukan dihubungkan dengan besarnya posisi keuangan yang
dimiliki.
4.
Profitabilitas, pencapaian tujuan yang dihitung dengan berapa rupiah yang
diterima dengan melakukan riset and develop-ment, tersedianya kapital untuk
renovasi teknologi dan kompensasi yang diterima.
5. Inovasi,
yaitu pembaharuan-pembaharuan yang dilaksanakan dengan mengeluarkan produk baru,
teknologi yang lebih canggih misalnya, yang didasarkan pada kebutuhan yang
terus bertambah.
6. Prestasi
dan pengembangan manajer, dengan memperhatikan pada kualitas manajemen untuk
pengembangan para manajer.
7. Prestasi
dan sikap karyawan, dengan menetapkan tujuan-tujuan yang menyangkut
faktor-faktor karyawan dalam pencapaian efektifitas kerja.
8. Tanggung
jawab solusi dan publik, guna menangani gejolak yang terjadi di perusahaan yang
dilakukan oleh para karyawan berupa pemogokan ataupun unjuk rasa, hukum,
pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya.
K. Management Bay Objective ( MBO )
Pertama kali
diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada
tahun 1954. Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen
berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil (Management by Result), Goals
management, Work planning and review dan lain sebagainya yang pada intinya
sama.
Management by
objective menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang
efektif, dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun
informal, pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan kembali
atas pekerjaan yang telah dilakukan. Kegiatan MBO singkatan dari management by
objective yaitu proses partisipasi yang melibatkan bawahan dan para manajer
dalam setiap tingkatan organisasi yang dirumuskan dengan bentuk misi atau
sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan ukuran ini sebagai pedoman bagi
pengoperasian satuan kerja.
L. Sistem Management By Objective Yang Efektif
1. Adanya
komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia harus
berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan menilainya.
2. Penetapan
tujuan manajemen puncak yang dinyatakan dalam nilai tertentu yang dapat diukur,
sehingga antara manajer dan bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa
yang diharapkan oleh manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu
dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.
3. Tujuan
perseorangan, dimana antara manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama
dan tanggung jawab terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa
yang akan dicapai.
4. Perlunya
partisipasi semua pihak, dimana semakin besar partisipasi dari semua anggota,
maka semakin besar tujuan yang akan tercapai.
5. Otonomi dan
implementasi rencana, disini bawahan dan manajer bebas untuk mengembangkan dan
mengimplementasikan program-program pencapaian tujuannya.
6. Peninjauan
kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan tujuan.
M. Kebaikan dan Kelemahan MBO
Kebaikan :
Kelemahan :
1. Mengetahui
apa yang diharap-harapkan dari organisasi.
2. Membantu
manajer membuat tujuan dan sasaran.
3. Memperbaiki
komunikasi vertikal antara manajer dengan bawahan
4. Membuat
proses evaluasi. 1. Kelemahan yang melekat pada proses MBO, dalam konsumsi
waktu dan biaya yang besar.
2. Dalam hal
pengembangan dan implementasi program-program MBO.
N. Unsur-unsur Efektivitas MBO
1. Agar MBO
sukses maka manajer harus memahami dan mempunyai trampilan secara mengetahui
kemanfaatan dan kegunaan dari MBO.
2. Tujuan
merupakan hal yang realistis dan mudah dipahami oleh siapapun juga, sehingga
tujuan ini sering digunakan untuk mengevaluasi prestasi kerja dari manajer,
apakah dia berhasil dalam tugasnya atau gagal.
3. Top manajer
harus menjaga sistem MBO ini tetap hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.
4. Tanpa
partisipasi semua pihak tidaklah mungkin program MBO ini berjalan, maka semua
pihak harus mengetahui posisinya dalam hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai, umpan balik terhadapnya sangat berguna.
O. Bentuk-bentuk Pembuatan Keputusan ( Decision Making
)
Pembuatan
keputusan yaitu proses serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyelesaian suatu masalah. Pembuatan keputusan ini dilakukan oleh setiap
jabatan dalam organisasi. Manajer akan membantu keputusan yang berbeda dalam
situasi dan kondisi yang berbeda pula.
Bentuk
keputusan ini bisa berupa keputusan yang diprogram (Programmed decisions) atau
tidak, bisa juga dibedakan antara keputusan yang dibuat di bawah kondisi
kepastian, resiko dan ketidak pastian.
Keputusan
terprogram yaitu keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur
yang terjadi secara rutin dan berulang-ulang. Contoh : penetapan gaji pegawai,
prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan
sebagainya.
Keputusan
tidak terprogram (non-programmed decisions), yaitu keputusan yang dibuat karena
terjadinya masalah-masalah khusus atau tidak biasanya. Contoh : pengalokasian
sumber daya-sumber daya organisasi, penjualan yang merosot tajam, pemakaian
teknologi yang termodern, dan lain sebagainya.
Keputusan
dengan kepastian, resiko dan ketidak-pastian, ini tergantung dari beberapa
aspek yang tidak dapat diperkirakan dan dipastikan sebelumnya, seperti reaksi
pesaing, perubahan perekonomian, perubahan teknologi, perilaku konsumen dan
lain sebagainya. Oleh karena itu ini terbagi dalam tiga jenis situasi, yaitu :
Kepastian
(certainty), yaitu dengan diketahuinya keaaan yang akan terjadi diwaktu
mendatang, karena tersedianya informasi yang akurat dan responsibility.
Resiko (risk),
yaitu dengan diketahuinya kesempatan atau probabilitas setiap kemungkinan yang
akan terjadi serta hasilnya, tetapi informasi yang lengkap tidak dimiliki oleh
organisasi atau perusahaan.
Ketidak
pastian (uncertainty), dimana manajer tidak mengetahui probabilitas yang
dimiliki serta tidak diketahuinya situasi yang akan terjadi diwaktu mendatang,
karena tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan. Umumnya ini menyangkut
keputusan yang kritis dan paling menarik.
P. Proses Pembuatan Keputusan
1. Pemahaman
dan Perumusan Masalah
Manajer harus
dapat menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana
yang harus dipecahkan dan bagian mana yang seharusnya dipecahkan.
2.
Pengumpuland an Analisa Data yang Relevan
Setelah
masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat
keputusan yang tepat.
3.
Pengembangan Alternatif
Pengembangan
alternatif memungkinkan menolak kecenderungan membuat keputusan yang cepat agar
tercapai keputusan yang efektif.
4.
Pengevaluasian terhadap alternatif yang digunakan
Menilai
efektivitas dari alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan
dan sumber daya organisasi dengan alternatif yang realistic serta menilai
seberapa baik alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan
Alternatif Terbaik
Didasarkan
pada informasi yang diberikan kepada manajer dan ketidak sempurnaan
kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6.
Implementasi Keputusan
Manajer harus
menetapkan anggaran, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan,
serta memperhatikan resiko dan ketidak puasan terhadap keputusan yang diambil.
Sehingga perlu dibuat prosedur laporan kemajuan periodic dan mempersiapkan
tindakan korektif bila timbul masalah baru dalam keputusan yang dibuat serta
mempersiapkan peringatan dini atas segala kemungkinan yang terjadi.
7. Evaluasi
atas Hasil Keputusan
Implementasi
yang telah diambil harus selalu dimonitor terus-menerus, apakah berjalan lancar
dan memberikan hasil yang diharapkan.
Q. Keterlibatan Bawahan Dalam Pembuatan Keputusan
Keterlibatan
bawahan dalam pembuatan keputusan dapat bersifat resmi missal dengan pembuatan
kelompok, bisa juga bersifat tidak resmi missal dengan meminta gagasan dan
saran-saran. Pembuatan keputusan yang didasarkan pada sifat formal lebih
efektif karena banyak masukan-masukan pengetahuan yang lainnya. karakteristik
situasi keputusan dan gaya pembuatan keputusan manajemen akan mempengaruhi dan
menentukan apakah pembuatan keputusan dilakukan secara kelompok atau tidak.
R. Metode Kuantitatif Dalam Pembuatan Keputusan
Operasi
organisasi semakin komplek dan mahal, sehingga semakin sulit dan penting
manajer dalam membuat rencana dan keputusan. Untuk itu diperlukan bantuan
berbagai teknik dan peralatan kuantitatif. Teknik dan peralatan kuantitatif
pembuatan keputusan dikenal dengan nama teknik management science dan
operations research. Riset operasi menggambarkan, memahami, dan memperkirakan
perilaku berbagai sistem yang komplek dalam kehidupan manusia. Tujuannya
menyediakan informasi yang akurat.
Sumber : http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-perencanaan.html
TEORI KUANTITATIF
Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan
kuantitatif ditandai dengan berkembangnya tim penelitian operasi dalam
pemecahan masalah-masalah industri. Pendekatan ini didasari oleh kesuksesan tim
penelitian operasi Inggris pada PD II. Teknik-teknik penelitian operasi ini
semakin berkembang sejalan dengan kemajuan komputer, transportasi dan
komunikasi. Teknik-teknik penelitian operasi selanjutnya disebut sebagai
pendekatan manajemen ilmiah.
Pendekatan
manajemen ilmiah dipakai dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal,
manajemen produksi, penjadwalan, pengembangan strategi produk, pengembangan SDM
dan perencanaan program
Langkah-langkah
manajemen ilmiah yaitu:
1) perumusan masalah
2) penyusunan suatu model matematis
3) penyelesaian model
4) pengujian model
5) penetapan pengawasan atas hasil
6) pelaksanaan (implementas
Defenisi
sistem begitu banyak dikemukakan oleh ahli. Menurut Shore & Voich (1974)
sistem ialah suatu keseluruhan yang terdiri dari sejumlah bagian-bagian.
Menurut Gerald, et al. (1981) sistem ialah tata cara kerja yang saling
berkaitan, dan bekerja sama membentuk suatu aktivitas atau mencapai suatu
tujuan tertentu. Sistem dapat dipandang sebagai suatu hal yang tertutup atau
terbuka. Sistem tertutup adalah sistem yang tidak dipengaruhi dan mempengaruhi
lingkungannya, sedangkan sistem terbuka ialah sistem yang dipengaruhi oleh
lingkungannya.
Bentuk umum
suatu sistem terdiri atas input, proses, output dan umpan balik. Umpan balik
ialah hasil output untuk untuk memperbaiki input yang akan datang. Keempat
unsur tersebut berada dalam suatu organisasi. Sebagai organisasi dengan sistem
terbuka, maka organisasi dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan luarnya.
Pendekatan sistem meliputi penerapan konsep-konsep yang cocok dari teori sistem
untuk mempermudah pemahaman tentang teori organisasi dan praktik manajerial
Peningkatan
mutu pendidikan dengan pendekatan sistem berarti mulai dari input, proses,
output sampai kepada outcome pendidikan. Dalam praktiknya, peningkatan mutu
pendidikan selama ini belum menggunakan pendekatan sistem. Peningkatan mutu
cenderung berpikir output oriented. Mutu pendidikan hanya dinilai dari output
pendidikan seperti hasil belajar dan ujian nasional. Padahal, dengan berpikir
sebagai suatu sistem, mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian
nasional tetapi juga mutu input dan mutu prosesnya di dalam kelas.
Tidak banyak
textbook metode penelitian yang secara tegas memposisikan dirinya bersosok
kuantitatif atau kualitatif. Sebaliknya jamak beredar adalah buku-buku
“bergenre” metode penelitian dengan judul yang terkesan isinya mencakup kedua
pendekatan penelitian tersebut dan menyajikannya secara “adil”! Misalnya,
“Metode Riset Bisnis”, “Pengantar Metode Penelitian”, “Metode Penelitian
Sosial”, Riset Pemasaran, dll. Sebagian besar buku-buku tersebut sebenarnya
adalah buku penelitian beraliran kuantitatif sejati karena tak sepotong pun
kata kualitatif tersurat di dalamnya. Ada yang menyelipkan bahasan tentang
penelitian kualitatif, namun hanya sepot-sepot alias sepotong-sepotong,
rata-rata tidak lebih 1% dari porsi halaman untuk bahasan penelitian
kualititatif.
Sampai suatu
ketika saya menemukan buku berjudul “Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan
Aplikasi” karya Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, diterbitkan oleh
Rajawali Pers, cetakan pertama tahun 2005, ber-ISBN 979-769-008-3. Saya sangat
mengapresiasi “ketegasan” para penulisnya yang secara jujur menjuduli bukunya
sebagai “Metode Penelitian Kuantitatif”. It’s all about quantitative method!
Pembaca tidak akan “tertipu” karena buku ini memang fokus membahas metode
penelitian kuantitatif. Ada bahasan tentang kualitatif namun hanya sebagai
pengantar yang memaparkan perbedaannya dengan penelitian kuantitatif dan
bagaimana memadu-padan kedua penelitan tersebut.
Selain
“kejujuran” para penulisnya, keunggulan lain buku ini adalah berlimpahnya
contoh-contoh sederhana mengenai konsep yang sedang dibahas, tak rumit dan
begitu mudah dimengerti. Buku ini mengambil contoh kasus dari hasil penelitian
seorang mahasiswi FISIP UI, sehingga pembaca seolah-olah dituntun dan diajak
terlibat dalam pengalaman si mahasiswi dalam menyusun skripsinya, mulai dari
merumuskan masalah, membuat disain penelitian, mengumpulkan data, menganalisis,
hingga menyusun laporan penelitian. Utuh, komprehensif, dan holistik.
Pada bagian
akhir buku ini (bab 10), disajikan sejumlah kasus yang dapat mempertajam
pemahaman pembaca terhadap metode penelitian kuantitatif. Bentuknya seperti
kuis. Pembaca disarankan untuk mencoba menjawab tanpa melihat kunci jawaban
yang juga tersedia. Saya sangat menyarankan buku ini untuk mereka yang berniat
mendalami metode penelitian khususnya kuantitatif, dan para mahasiswa yang
sedang mempersiapkan skripsinya. Dijamin tidak menyesal, Anda akan dituntun
menjadi seorang peneliti kuantitatif yang handal dengan dasar konseptual yang
kokoh.
Sumber : http://researchexpert.wordpress.com/2008/04/21/metode-penelitian-kuantitatif-teori-dan-aplikasi/
TEORI PERILAKU
Teori Perilaku
Teori perilaku
merupakan pengembangan dari pendekatan hubungan manusiawi. Pendekatan ini
memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh sistem sosialnya. Perilaku
dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu:
1) Rasional
Model rasional
memusatkan perhatiannya pada anggota organisasi yang diasumsikan bersifat
rasional dan mempunyai berbagai kepentingan, kebutuhan, motif dan tujuan.
Pendukung model ini antara lain, Down dan Simon
2) Sosiologis
Model ini
lebih memusatkan perhatiannya kepada pengetahuan antropologi, sosiologi dan
psikologi. Pendukung model ini antara lain Bern
3) Pengembangan hubungan manusia
Model
pengembangan hubungan manusia lebih memusatkan perhatiannya kepada tujuan yang
ingin dicapai dan pengembangan berbagai sistem motivasi menurut jenis motivasi
agar dapat meningkatkan produktivitas kerja. Pendukung model ini antara lain,
Mc Gregor, Maslow, dan Bennis.
Keterbatasan
dari pendekatan perilaku ini adalah bahwa beberapa ahli manajemen termasuk ahli
perilaku percaya bahwa bidang perilaku tidak sepenuhnya nyata karena berkenaan
dengan manusia yang bersifat unik. Model, teori dan istilah perilaku oleh ahli
perilaku sangat kompleks dan abstrak untuk dipraktekkan para manajer.
Dikarenakan perilaku manusia sangat unik, maka ahli-ahli perilaku sering
berbeda dalam menyimpulkan penelitian, dan rekomendasinya pun sulit bagi
manajer untuk memilih dan melaksanakannya.
Pendekatan Hubungan Manusiawi Baru
Pendekatan
hubungan manusiawi baru merupakan pendekatan integratif yang menggabungkan
pandangan positif terhadap hakekat manusia dengan studi organisasi secara
ilmiah sehingga dapat menggambarkan kerja manajer yang efektif.
Burns dan
Stalker menyatakan bahwa permulaan kebijakan administratif adalah kesadaran
tentang belum optimalnya tipe-tipe sistem manajemen. Pendekatan hubungan
manusia baru dimulai dengan teori pendekatan kontingensi menuju cara manajer
seharusnya bertindak dalam lingkungannya.
Dari beberapa
pendapat ahli tentang fungsi-fungsi manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa
fungsi-fungsi administrasi pendidikan meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian.
Dari berbagai
pendekatan manajemen, dapat disimpulkan ada dua aliran manajemen, yaitu
manajemen yang lebih berorientasi kepada tugas untuk meningkatkan produksi
sebanyak-banyaknya dan manajemen yang berorientasi kepada manusia sebagai
pelaksana tugas untuk meningkatkan hubungan manusiawi sebaik-baiknya.
Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku (Behavioral
Theory)
Selama tiga
dekade, dimulai pada permulaan tahun 1950-an, penelitian mengenai perilaku
pemimpin telah didominasi oleh suatu fokus pada sejumlah kecil aspek dari
perilaku. Kebanyakan studi mengenai perilaku kepemimpinan selama periode
tersebut menggunakan kuesioner untuk mengukur perilaku yang berorientasi pada
tugas dan yang berorientasi pada hubungan. Beberapa studi telah dilakukan untuk
melihat bagaimana perilaku tersebut dihubungkan dengan kriteria tentang
efektivitas kepemimpinan seperti kepuasan dan kinerja bawahan. Peneliti-peneliti
lainnya menggunakan eksperimen laboratorium atau lapangan untuk menyelidiki
bagaimana perilaku pemimpin mempengaruhi kepuasan dan kinerja bawahan. Jika
kita cermati, satu-satunya penemuan yang konsisten dan agak kuat dari teori
perilaku ini adalah bahwa para pemimpin yang penuh perhatian mempunyai lebih
banyak bawahan yang puas.
Hasil studi
kepemimpinan Ohio State University menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada
dasarnya mengarah pada dua kategori yaitu consideration dan initiating
structure. Hasil penelitian dari Michigan University menunjukkan bahwa perilaku
pemimpin memiliki kecenderungan berorientasi kepada bawahan dan berorientasi
pada produksi/hasil. Sementara itu, model leadership continuum dan Likert’s
Management Sistem menunjukkan bagaimana perilaku pemimpin terhadap bawahan
dalam pembuatan keputusan. Pada sisi lain, managerial grid, yang sebenarnya
menggambarkan secara grafik kriteria yang digunakan oleh Ohio State University
dan orientasi yang digunakan oleh Michigan University. Menurut teori ini,
perilaku pemimpin pada dasarnya terdiri dari perilaku yang pusat perhatiannya
kepada manusia dan perilaku yang pusat perhatiannya pada produksi. Jadi prilaku
yang menyimpang dari kepemimpinan bangsa ini, hemat saya tidak mencitrakan
kepribadian seorang pemimpin yang humanis dan cendrung kepada Ambition of blind
bagi dirinya dan golongannya yang tidak dapat termanifestasi bagi masyarakat
keseluruhan..pemimpin bukan hanya menjadi milik segolongan orang tetapi milik
semua golongan..termasuk pemimpin negeri ini..
Sumber : http://hiburan.kompasiana.com/buku/2010/10/19/kepemimpinan-menurut-teori-prilaku-behavioral-theory/
Sumber : http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2010/11/08/perkembangan-teori-manajemen/
TEORI MENEJEMEN KLASIK
Teori Manajemen Klasik
·
Ada dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya
manajemen, yaitu :
1. Robert Owen
(1771 1858)
Dimulai pada
awal tahun 1800-an sebagai Mnajer Pabrik Pemintalan Kapas di New Lanark,
Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan faktor
produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya
disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik
akan memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja,
apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik
kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan
akan memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa
kuantitas dan kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan
intern dari pekerjaan. Atas hasil penelitiannya Robert Owen dikenal sebagai
Bapak Manajemen Personalia.
2. Charles
Babbage (1792 1871)
Charles
Babbage adalah seorang Profesor Matematika dari Inggris yang menaruh perhatian
dan minat pada bidang manajemen. Dia dipercaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip
ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktivitas dari tenaga kerja
menurunkan biaya, karena pekerjaan-pekerjaan dilakukan secara efektif dan
efisien. Dia menganjurkan agar para manajer bertukar pengalaman dan dalam
penerapan prinsip-prinsip manajemen. Pembagian kerja (devision of labour),
mempunyai beberapa keunggulan, yaitu :
-
Waktu yang diperlukan untuk belajar dari
pengalaman-pengalaman yang baru.
-
. Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang
berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain akan menghambat kemajuan dan
ketrampilan pekerja, untuk itu diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
-
Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah
karena seorang pekerja bekerja terus menerus dalam tugasnya.
-
Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga
dapat meresapi alat-alatnya karena perhatiannya pada itu-itu saja.
Kontribusi
lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling
menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema
perencanaan pembagian keuntungan.
Teori Organisasi Klasik
Tokoh-tokoh
teori organisasi klasik antara lain yaitu Henry Fayol, James D. Mooney, Mary
Parker Follett dan Chaster I. Bernard.
·
Henry Fayol (1841-1925)
Fayol adalah
seorang industrialis Perancis. Fayol mengatakan bahwa teori dan teknik
administrasi merupakan dasar pengelolaan organisasi yang kompleks, ini
diungkapkan dalam bukunya yang berjudul Administration Industrielle et General
atau Gneral and Industrial Management yang ditulis pada tahun 1908 oleh
Constance Storrs.
Fayol membagi
manajemen menjadi lima unsur yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian
perintah, pengkoordinasian dan pengawasan, fungsi ini dikenal sebagai
fungsionalisme.
Fayol.
Selanjutnya membagi enam kegiatan manajemen, yaitu Teknik Produksi dan
Manufakturing Produk, Komersial, Keuangan, Keamanan, Akuntansi, Manajerial.
-
Henry Fayol mengemukakan 14 prinsip manajemen,
yaitu :
1. Devision of
Work, Adanya spesialisasi dalam pekerjaan
2. Uathority
and Responsibility, Wewenang yaitu hak untuk memberi perintah dan kekuasaan
untuk meminta dipatuhi.
3. Dicipline,
Melakukan apa yang sudah menjadi persetujuan bersama.
4. Unity of
Command, Setiap bawahan hanya menerima instruksi dari seorang atasan saja untuk
menghilangkan kebingungan dan saling lempar tanggung jawab.
5. Unity of
Direction, One head and one plan or a group or activities having the same
objective. Seluruh kegiatan dalam organisasi yang mempunyai tujuan sama harus diarahkan
oleh seorang manajer.
6.
Subordination of Individual Interest to Generale Interest, Kepentingan
seseorang tidak boleh di atas kepentingan bersama atau organisasi.
7.
Renumeration, Gaji bagi pegawai merupakan harga servis atau layanan yang
diberikan, kompensasi.
8.
Centralization, Standarisasi dan desentralisasi merupakan pembagian kekuasaan.
9. Sealar
Chain (garis wewenang), Jalan yang harus diikuti oleh semua komunikasi yang
bermula dari dan kembali ke kuasaan terakhir.
10. Order,
Disini berlaku setiap tempat untuk setiap orang dan setiap orang pada tempatnya
berdasarkan pada kemampuan.
11. Equity,
Persamaan perlakuan dalam organisasi.
12. Stability
of Tonure of Personel, Seorang pegawai memerlukan penyesuaian untuk mengerjakan
pekerjaan barunya agar dapat berhasil dengan baik.
13.
Initiative, Bawahan diberi kekuasaan dan kebebasan di dalam mengeluarkan
pendapatnya, menjalankan dan menyelesaikan rencananya.
14. Esprit the
Corps, Persatuan adalah keleluasaan, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki
kebanggaan, keharmonisan dan kesetiaan dari para anggotanya yang tercermin
dalam semangat korps.
·
Mary Parker Follett (1868 1933)
Follett
menjembatani antara teori klasik dan hubungan manusiawi, dimana pemikiran
Follett pada teori kalsik tapi memperkenalkan unsur-unsur hubungan manusiawi.
Dia menerapkan psikologi dalam perusahaan, industri dan pemerintahan. Konflik
yang terjadi dalam perusahaan dapat dibuat konstruktif dengan menggunakan
proses integrasi.
Aliran Hubungan Manusiawi (Neo Klasik)
Aliran timbul
karena pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efieiensi dalam produksi
dan keselarasan kerja. Para pakar mencoba melengkapi organisasi klasik dengan
pandangan sosiologi dan psikologi. Tokoh-tokoh aliran hubungan manusiawi antara
lain Hugo Munsterberg dan Elton Mayo.
1. Hugo
Munsterberg (1862 - 1916)
Hugo merupakan
pencetus psikologi industri sehingga dikenal sebagai bapak psikologi industri.
Bukunya yaitu Psikology and Industrial Efficiensy, menguraikan bahwa untuk
mencapai tujuan produktivitas harus melakukan tiga cara pertama penemuan best
possible person, kedua penciptaan best possible work dan ketiga penggunaan best
possible effect.
2. Elton Mayo
Terkenal
dengan percobaan-percobaan Howthorne, dimana hubungan manusiawi menggambarkan
manajer bertemu atau berinteraksi dengan bawahan. Bila moral dan efisiensi
kerja memburuk, maka hubungan manusiawi dalam organisasi juga akan buruk.
Sumber: http://www.anakciremai.com/2008/05/makalah-manajemen-tentang-perkembangan.htmls
EVOLUSI TEORI MENEJEMEN
EVOLUSI TEORI MANAJEMENT
·
Evolusi Teori
Manajemen :
14/12/2009 STTQ Gresik 1 Evolusi Teori Manajemen
Tujuan : Setelah mengikuti perkuliahan ini anda diharapkan dapat : menjelaskan
keadaan pada saat teori manajemen pertama kalinya dikembangkan, menguraikan
berbagai cara untuk memanfaatkan suatu teori, membedakan aliran manajemen
ilmiah, aliran teori organisasi klasik, aliran tingkah laku, dan aliran ilmu
manajemen dari teori manajemen, Memahami konteks sejarah yang ada didalamnya
pendekatan sistem, pendekatan kontigensi dan pendekatan keterlibatan dinamik
dari teori manajemen dikembangkan.
·
Pemikiran Awal
Mengenai Manajemen :
14/12/2009 STTQ Gresik 3 Pemikiran Awal Mengenai
Manajemen : Jauh sebelum “manajemen” dikenal, telah banyak organisasi formal
yang telah memikirkan bagaimana organisasi agar efisien dan efektif.
Marchiavelli (1531) -->mengenalkan beberapa prinsip-prinsip yang dapat
diadaptasikan untuk diterapkan pada organisasi manajemen masa kini. Filsafat
Cina Sun Tzu (2000th yang lalu) yang kemudian di modifikasi oleh Mao Zedong,
--> mengenalkan strategi perang, yag dapat di pakai untuk merencanakan
strategi yang berhububungan dengan bisnis pesaing.
·
Teori Manajemen….
? :
14/12/2009 STTQ Gresik 5 Teori Manajemen…. ? Teori
(theory) : sekelompok asumsi yang erat berkaitan dan logis, dikemukakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua fakta atau lebih yang dapat diamati serta
menyediakan dasar yang mantap untuk memperkirakan peristiwa pada masa depan.
Teori dimanfaatkan untuk: Memberikan fokus yang mantap untuk memahami peristiwa
yang kita alami Mempermudah kita berkomunikasi secara efisien, Membuat dan
menantang kita untuk terus belajar,
·
Evolusi Teori
Manajemen (1) :
14/12/2009 STTQ Gresik 6 Evolusi Teori Manajemen (1)
Aliran Manajemen Ilmiah (scientific Management Theory) Tokoh: - Frederick A.
Taylor (1856-1915) - Henry L.Gantt (1861-1919) - Frank B. Gilberth (1868-1924)
& Lilian M. Gilberth (1878-1972) Menerangkan secara ilmiah metode terbaik
untuk melaksanakan tugas apapun, dan untuk menyeleksi, melatih dan memotivasi
pekerja. Tujuannya adalah kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas
-
Frederick A.
Taylor :
14/12/2009 STTQ Gresik 7 Frederick A. Taylor Filosofis
4 Prinsip dasar : Perkembangan manajemen ilmiah yang sebenarnya, jadi metode
terbaik untuk dapat melaksanakan setiap tugas dapat ditentukan. Seleksi ilmiah
para pekerja, sehingga setiap pekerja akan diberi tanggung jawab melakukan
tugas yang paling cocok dengannya. Pendidikan dan pengembangan ilmiah para
pekerja. Kerjasama bersahabat dan secara pribadi antara manajemen dan tenaga
kerja. Sukses dari prinsip-prinsip tersebut, memerlukan “revolusi mental yang
lengkap” dari para manajer dan tenaga kerja.
-
Henry L. Gantt :
14/12/2009 STTQ Gresik 8 Henry L. Gantt
Mempertimbangkan sistem insentif dari Taylor. Memberikan motivasi kepada
karyawan yang mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan melalui insentif
/bonus. Mencatat kemajuan pekerja dan dilakukan secara terbuka serta dicatat
pada bagan balok induvidual (bagan Gantt).
-
Gilberth
bersaudara :
14/12/2009 STTQ Gresik 9 Gilberth bersaudara
Mempelajari kelelahan dan gerakan serta memfokuskan pada berbagai cara untuk
mendorong kesejahteraan pekerja. Perhatian Manajemen terhadap pekerja, terutama
dalam mencari gerakan yang paling ekonomis sehingga dapat meningkatkan moral
pekerja. Tujuan akhir dari manajemen ilmiah adalah membantu para pekerja
mencapai potensial penuh sebagai manusia.
·
Evolusi Teori
Manajemen (2) :
14/12/2009 STTQ Gresik 10 Evolusi Teori Manajemen (2)
Teori Organisasi Klasik Tokoh : - Henry Fayol (1841-1925) - Max Webber
(1864-1920) - Mary Parker Follett (1868-1933) - Chester I. Barnard (1886-1961)
Menumbuhkan kebutuhan untuk menemukan pedoman pengelolaan organisasi kompleks.
-
Henry
FayolManajemen adalah suatu ketrampilan yang dapat diajarkan jika prinsip
dasarnya di pahami. :
14/12/2009 STTQ Gresik 11 Henry FayolManajemen adalah
suatu ketrampilan yang dapat diajarkan jika prinsip dasarnya di pahami. 14
Prinsip Manajemen Fayol : Pembagian Tugas 11. Keadilan Wewenang 12. Stabilitas
Staff Disiplin 13. Inisiatif Kesatuan komando 14. Semangat Korps Kesatuan dalam
Pengarahan Kepentingan Individual di bawah kepentingan umum Imbalan
Sentralisasi Hierarki Susunan
-
Max
WebberOrganisasi apapun mempunyai orientasi pada berbagai sasaran memerlukan
pengendalian peraturan dari semua aktivitasnya dengan hati-hati. :
14/12/2009 STTQ Gresik 12 Max WebberOrganisasi apapun
mempunyai orientasi pada berbagai sasaran memerlukan pengendalian peraturan
dari semua aktivitasnya dengan hati-hati. Mengembangkan sebuah teori mengenai
manajemen birokrasi yang menekankan pada kebutuhan akan hierarki yang
ditetapkan dengan ketat untuk mengatur peraturan dan wewenang denga jelas.
Organisasi ideal pastilah sebuah birokrasi yang aktivitas dan tujuan dipikirkan
secara rasional dan pembagian tugas dari para karyawan dinyatakan secara jelas.
Evaluasi prestasi kerja harus didasarkan pada keunggulan.
-
Marry Parker
FollettManajemen adalah seni melaksanakan pekerjaan lewat orang lain. :
14/12/2009 STTQ Gresik 13 Marry Parker
FollettManajemen adalah seni melaksanakan pekerjaan lewat orang lain.
Memperkenalkan bagaiman hubungan manusia dan struktur organisasi. Kelompok
merupakan tempat individual dapat menggabungkan bakat yang berbeda-beda menjadi
sesuatu yang lebih besar. Fungsi control (pengendalian)yang “utuh” memperhitungkan
bukan hanya individual dan kelompok, tetapi juga pengaruh dari faktor-faktor
lingkungan seperti, politik, ekonomi dan biologi. Follet membuka jalan bagi
teori manajemen untuk mengikutsertakan hubungan yang lebih luas, baik dari
dalam organisasi maupun dari luar batas organisasi.
-
Chester I.
BarnardMengidentifikasi organisasi informal, dan mempromosikan efektivitas
mengenali dan menggunakan kelompok informal di tempat kerja, :
14/12/2009 STTQ Gresik 14 Chester I.
BarnardMengidentifikasi organisasi informal, dan mempromosikan efektivitas
mengenali dan menggunakan kelompok informal di tempat kerja, Orang berkumpul
bersama dalam organisasi formal tidak dapat mencapai tujuan jika bekerja
sendiri-sendiri. Tetapi, dalam mengejar sasaran organisasi mereka juga harus
memuaskan kebutuhan individual masing-masing. Zone of indifference (area of
acceptane) ; kecenderungan yang mengkondisikan individual dapat menerima
perintah yang berada dalam rentang tanggung jawab atau aktivitas yang sudah
dikenal. Semakin banyak aktivitas yang termasuk di dalam zona tidak penting ,
semakin lancar dan semakin kooperatif sebuah organisasi.
·
Evolusi Teori
Manajemen (3) :
14/12/2009 STTQ Gresik 15 Evolusi Teori Manajemen (3)
Aliran Tingkah Laku : Organisasi adalah Manusia Tokoh : (behavioral scientist)
Elton Mayo (1880-1949) Abraham Maslow Douglas McGregor Aliran tingkah laku
muncul sebagai akibat dari pendekatan klasik tidak berhasil mencapai produksi
efisien dan harmoni di tempat kerja yang memadai. Pada Aliran ini, digolongkan 2
pendekatan yaitu : Gerakan hubungan manusia dan Pendekatan ilmiah Tingkah laku
-
Elton MayoGerakan
hubungan manusia :
14/12/2009 STTQ Gresik 16 Elton MayoGerakan hubungan
manusia Penelitian manusia dalam lingkungan kerja : Pekerja yang mendapatkan
perhatian khusus akan berkerja lebih baik dan dapat meningkatkan produktivitas.
Pekerja akan bekerja lebih keras jika mereka percaya pihak manajemen
memperhatikan kesejahteraan dan perhatian khusus. Kelompok informal (lingk.
Sosial dari karyawan) memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas.
-
Abraham Maslow
& Doglas McGregorPendekatan Ilmiah tingkah laku :
14/12/2009 STTQ Gresik 17 Abraham Maslow & Doglas
McGregorPendekatan Ilmiah tingkah laku Maslow : kebutuhan yang memotivasi
manusia untuk mendapatkan kepuasan dapat dibuat hierarki. Kebutuhan peringkat
bawah harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum kebutuhan peringkat yang lebih
tinggi dapat dipenuhi. McGregor : membedakan 2 asumsi dasar alternatif mengenai
manusia dan pendekatan mereka terhadap pekerjaan. 2 asumsi tersebut memunculkan
teori X dan teori Y. Teori X : pandangan tradisional tentang motivasi -->
pekerjaan yang dibenci oleh karyawan yang harus diberi motivasi dengan paksaan
uang dan pujian. Teori Y : pekerja/orang sudah memiliki motivasi untuk bekerja
melakukan pekerjaan dengan baik.
·
Evolusi Teori
Manajemen (4) :
14/12/2009 STTQ Gresik 18 Evolusi Teori Manajemen (4)
Aliran ilmu Manajemen pendekatan masalah manajemen dengan penggunaan teknik
matematik untuk membuat model, menganalisis dan menyelesaikan. (Management
science school) Riset Operasi (Operational research) : teknik matematik untuk
membuat model, menganalisis dan menyelesaikan masalah manajemen.
·
Evolusi Teori
Manajemen (5) :
14/12/2009 STTQ Gresik 19 Evolusi Teori Manajemen (5)
Perkembangan Muthakir Teori Manajemen Pendekatan Sistem : Pandangan organisasi
sebagai sistem yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling
berkaitan. Kata kunci : Subsistem, sinergi, open system & close system,
System boundary, flows, feedback(umpan balik).
14/12/2009 STTQ Gresik 20 Lanjutan… Pendekatan
kontigensi Pandangan bahwa teknik manajemen yang paling baik memberikan
kontribusi untuk mencapai sasaran organisasi mungkin bervariasi dalam situasi
atau lingkungan yang berbeda. Pandangan ini sering juga disebut pendekatan
situasional. Pendekatan Keterlibatan Dinamik (dinamik engagement) Pandangan
bahwa waktu dan hubungan manusia mendesak manajemen untuk memikirkan ulang
pendekatan tradisional dalam menghadapi perubahan yang terus menerus
berlangsung dan cepat.
Sumber : http://www.authorstream.com/Presentation/ismail_hamim-291341-bab-2-evolusi-teori-managemen-manajemen-education-ppt-powerpoint/
Langganan:
Postingan (Atom)